Credit: NTV and tvN
Engsub by d-addicts
Nao ternyata menerima undangan
pernikahan adiknya, Kaho. Nao tampak tak ragu memutuskan melingkari pilihannya.
(Di Let Me Eat Your Pancreas juga ada bagian ini. Jadi yang dikasih undangan
melingkari kesediaannya untuk hadir atau tidak di acara tersebut, terus dikirim
kembali ke pengirim undangan) Ia mengambil bolpoin di tabung tempat tulis di
dekatnya, menyebabkan tabung tersebut menumpahkan isi yang lain. Sehelai bulu
putih. Lalu layar menampilkan bulu putih yang sama tergeletak di jalanan. Sudah
menjadi kekuningan karena lama terpapar cuaca dingin. Bulu yang di Part 1 sempat
diinjak para pencari Rena dan mungkin yang dipegang Rena di awal episode ini.
Lonceng gereja berdentang.
Tulisan Mother berwarna putih bercahaya perlahan muncul di atas layar hitam.
Huruf terakhir yang muncul dari sepenggal kata tersebut adalah huruf t yang seperti
salib. Inilah Mother.
Ibu Nao habis memasak pasta. Ia
mewanti Kaho yang mencoba gaun pernikahannya kalau sausnya mungkin akan menodai
gaun tersebut. Kaho tak peduli. Ia malah bertanya balik pada Ibu pakah perutnya
terlihat besar? Ibu santai menjawab, memang jadi lebih besar. Kaho cemas. Ibunya
(calon suaminya) tak tahu dia hamil.
Saya suka banget sama ibu di
sini. Ia bilang, toh nanti dia juga akan tahu jadi ceritakan saja. Tapi tentu
Kaho tak mau. Ibu mertuanya nanti pasti akan berpikir, ia menggunakan bayi itu
untuk memaksa Keigo menikah. Padahal emang bener haha. Ibu asyik memakan
makanannya, saat Mei datang dengan riang, berlari ke arahnya untuk ikutan makan
juga. Ia memuji pasta Ibu yang selalu enak.
Mei habis kencan kelompok tapi ia
memakai pakaian resmi wawancara kerja. Ia datang ke rumah saat itu bersama pacarnya
yang membawa sekotak kue (tart). Wkwk. Ibu heran, kenapa pacar Mei malah
membiarkan Mei pergi ke kencan kelompok. Ia bercanda, menawari menikah
dengannya saja kalau si pria tak keberatan dengan janda tiga anak.
Kaho lalu memungut balasan surat
undangan yang sudah dilingkari oleh Nao. Ia baru ingat ia mengirimkannya. Ia
lalu menunjukkannya pada Ibu dan Mei. Mei kaget Nao tak menghadiri pernikahan
saudaranya sendiri. Ibu berhenti makan, mengelap bibirnya, menatap kartu
balasan itu serius.
Di versi Korea jelas nggak ada adegan di atas karena adik tertua Soo
Jin seperti yang saya bilang sudah punya dua anak kembar. Diganti dengan percakapan ibu Soo Jin yang seorang artis bersama managernya (?) membicarakan Soo Jin. (Adegan ini baru ada di part 4, berarti sekitar menit ke-40.an versi remake) Ibu Soo Jin meminta Jae Beom ahjussi mencarinya hingga ketemu. Putri sulungnya, Yi Jin yang tak sengaja mendengar dari luar ruang make up, jadi masuk dengan kesal. Sudah nggak menghubungi 10 tahun masih saja dicari. “Dia tetap kakakmu meski dia menghubungi kita atau tidak. Tunggu sampai kita menemukannya.”
Oke. Jadi baru di menit sepuluh
kedua di versi ori diperlihatkan Nao melihat pergerakan burung lewat sistem
Argos (satelit) yang sedang dilakukan oleh seorang peneliti pria di Sapporo Chikusan.
Peneliti ini mengikuti burung elang laut berekor putih dan angsa Whooper. Ia
mengajak Nao bekerja bersama mereka di sana. Sayang sama kemampuan Nao yang
tidak dipergunakan, malah jadi guru SD. Ia yang akan membicarakannya dengan
Profesor. Nao berterimakasih :)
Di versi Korea yang diperlihatkan melihat pergerakan ini dengan
teknologi lebih canggih adalah Soo Jin.
Di jalan pulang, Nao menerima
telepon dari ibunya tapi tak ia angkat. Ibu berpikiran positif pasti Nao punya
alasan.
Kaho mengingatkan. Camernya tahu kalau
ia punya dua saudara perempuan. Nao tidak boleh tidak datang. Ibu menenangkan
Kaho. Ia akan bicara padanya. Meski begitu, Kaho sebenarnya sudah tahu Nao
tidak mengangkat kalau ibunya yang menelepon. Ia meminta Mei saja yang
menelepon Nao.
Pacar Mei berkata ia belum pernah
bertemu Nao. Mei membenarkan kalau itu karena Nao pergi ke Hokkaido sejak 10
tahun lagi dan belum kembali. Di tahun baru saja tidak. Ia mengajak pacarnya
untuk menemui Nao bulan April nanti setelah mereka sudah selesai dengan
wawancaranya (perusahaan di Jepang hanya merekrut lulusan di musim semi).
Apalagi katanya pacarnya belum dapat tawaran (balasan kalau diterima) pekerjaan
pula hehe. Ngenes. Kaho setuju. Coba bujuk Nao, katanya. Ibu tampak berpikir.
Nao sampai di Muroran malam hari,
tapi ia melihat Rena (dengan jaket merah dan syal biru muda yang ia kenali)
berjinjit, melompat-melompat melihat ke lubang masuk kotak pos pinggir jalan.
Nao melihat jamnya heran. Ia lalu masuk ke sebuah kafe (dengan pencahayaan tak begitu terang) dengan pintu yang memiliki
lonceng sehingga berdentang saat ada pengunjung membukanya. Rena yang juga
sudah beralih kotak pos dekat sana sambil membawa sebuah kotak tertutup kain
agak tebal, tertarik.
Tidak diperlihatkan Soo Jin berjalan malam hari. Ia hanya sudah ada di
sebuah kafe dengan pencahayaan yang cerah menikmati pizzanya. Sementara sebelum itu, Hye Na diperlihatkan
duduk membaca mengeja (duh, saya banget sih yang ngeja hangeul!) pamflet dengan
lampu senter ditemani hamster di sampingnya.
Ia berjalan ke sana,
memperlihatkan diri di jendela dekat Nao duduk. Tersenyum melambai. Klang
klong...klang klong... Ia menirukan bunyi lonceng saat ia menggerakkan pintu
kafe. Pemiliknya tertegun. Anak kecil itu langsung masuk saja membawa kandang
hamsternya, menghampiri sang ibu guru yang tengah membuka profil Universitas
Sapporo Chikusan yang tadi diterima.
Soo Jin dengan lampu senter menyorot ke wajahnya berdiri tersenyum di
samping jendela Soo Jin. Ibu terkejut ya?
Rena meletakkan kandang Suzu di
bawah. Ia berkata ia suka suara (lonceng) itu. Dan juga ibu guru. Ia
mengatakannya sambil duduk manis di hadapan Nao. Ah...coba ia melihatnya. Nao
pergi ke belakang Nao, melihat bagian botaknya? Ia penasaran apa itu tertutup
dengan baik. Haha
Nao risih juga. Ini sudah jam 8
dan ia ingin makan, katanya. Daijobu. Rena juga punya uang untuk makan. Satu
koin ia letakkan di meja. Ia mengangkat tangannya yang kecil, berseru
mengatakan pesanannya. Krim soda kesukaannya. (Gemes!)
Begitu pesanan datang, Rena
mengaku krim soda adalah makanan kesukaannya. Ia memakan (es) krim di atasnya
dengan senang. Nao membenarkan, krim soda bukan makanan, tapi minuman. (Duh ya
yang udah liat sampe akhir bakal trenyuh. Rena itu sama seperti ibunya t.t
Cute)
Hye Na berkata sudah sering berjalan sendirian sejak berusia 5 tahun.
Hye Na bercerita Ibunya belum pulang saat ditanya Soo Jin. (Kelihatan versi
Koreanya bisa membahas sedetail ini) Baru setelah itu Soo Jin melihat jamnya.
Hye Na membuka bungkus roti kacang merahnya dan sebelum mulai makan ia
menawari gurunya. Soo Jin mengaku ia tak suka roti kacang merah. Soo Jin mulai
makan dan melirik ke arah pizza yang dimakan Soo Jin, sayang...padahal enak.
(DAMN! GOOD!!! Kodenya dapet banget!) Soo Jin pun menawari Hye Na. Hye Na menutup
bungkus rotinya dan makan.
Rena tertawa, hingga badannya
bergoyang ke belakang meski tak sampai ke sandaran kursi. Rena menirukan
perkataan dingin Nao. “Itu minuman.” Menurutnya, Nao lucu.
Hye Na berinteraksi dengan hamster di sampingnya membuat Soo Jin
tersenyum dan inilah yang menarik Hye Na berkata ia suka. (Di sini saya lebih
suka versi ori karena Nao tampak lebih dingin sesuai karakternya wkwk) Hye Na
mulai menulis di catatannya (natural versi Korea) membuat Soo Jin penasaran.
Nao tidak membenarkan. Rena
meletakkan sendoknya. Ia bertanya apa Nao marah sambil menggoyang-goyangkan
kedua kakinya. (Benar-benar anak kecil^^) Nao berkata ia memang terlahir
begitu. Ia tidak marah. Rena melihat alis Nao sampai akan bersentuhan kanan dan
kiri wkwk. Tapi nggak lagi kok. Ia lagi-lagi berkata Nao lucu. Sangat lucu.
Rena bertanya lagi. Nao memutus,
tanyakan saja besok. Rena tak berhenti, apa bu guru tak menyukainya? Nao bilang
jujur tak suka anak-anak. Rena bete. (Lucu hahahahaha) Terus kenapa jadi guru
SD? Nggak ada pilihan lain (LOL). Uuuuuu dengan bibirnya masih rapat, Rena
menanggapi. Ia kemudian menunjukkan hal lain. Catatan kecil hal-hal yang
disukainya. (Catatan ini bersampul stiker? Berwarna dan ramai khas anak-anak)
Hye Na menjawab, buku tentang apa yang ia suka. Jika ia menulis hal-hal
yang ia suka seperti itu, ia tak akan melupakannya dan ia akan dapat membacanya
kembali ketika butuh. Seperti kulkas. (cara bicara Hye Na dewasa sekali) Soo
Jin baru kemudian bertanya apa saja yang ditulis Hye Na di sana.
Ia berganti duduk di samping Nao.
Membacakan setiap hal yang tertulis di dalamnya. Halaman demi halaman. Kursi
berputar. Jalan menurun yang berkelok.
Gema di kamar mandi. Bertatapan mata dengan kucing. Melihat Suzu makan biji
bunga matahari. Suara saat berjalan di salju. Awan di langit malam. Krim Soda.
Tulis apa yang kau suka. Jangan menulis apa yang tak kau suka. Nao menoleh.
Rena melanjutkan, jangan berpikir tentang apapun yang kau benci. Pikirkan hanya
hal-hal kesukaanmu, dan bukan yang lain. Oke?
Jalan menurun yang berkelok (sama. Rumah kedua versi memang memiliki
jalan menurun/landai yang berkelok). (Bersamaan dengan Hye Na menyebutkannya,
layar memvisualisasikan apa yang Rena maksud) Tas besar (kopor) dengan roda.
Ketika balon-balon menjadi lebih besar dan lebih besar. Kunci dan anak kunci.
Cofee latte (minuman yang diminum ibu Hye Na. Ganti krim soda) - yang pas
mengisi cangkir Soo Jin malam itu. Soo Jin tak jadi menegaknya. Terkejut. Ia
lalu bilang tak boleh anak-anak meminumnya. Mereka nanti tak akan bisa tidur
nyenyak, tak baik pula untuk otak, dan mereka tak bisa tinggi.
Nao bingung. Memangnya untuk apa?
Nao menjawab pinter banget. Jika kau melakukannya, itu akan menghilang (sambil
menunjuk belakang kepala Nao). Ia lalu bertanya balik apa kesukaan Nao. Begitu
Nao menjawab, anak yang diam, Rena membentuk tanda oke dan tersenyum. Ia
mengerti.
Hye Na balik bertanya, lalu apa yang disukai Bu Guru. Soo Jin menjawab
jujur, makan sendirian dengan tenang. Mendengarnya Hye Na reflek menutup mulut
menyembunyikan ledakan tawanya. Soo Jin juga tersenyum.
Rena beralih memberi makan Suzu
dengan kepingan coklat putih (?) hiasan krim sodanya yang sebelumnya ia
sisihkan. Tak sengaja Nao melihat luka lebam Rena yang terlihat di lengan bawah
anak kecil itu (natural). Nao penasaran tapi ia malah bertanya hal lain.
Soo Jin mengeluarkan gunting kuku yang di Part 1 dibelinya untuk Hye
Na. (versi Korea sudah memperlihatkan perhatian Soo Jin untuk Hye Na) Ia
meminta Hye Na mendengar apa yang ia katakan soal waktu menggunting kuku,
mencuci rambut, mengelap mulut, juga berganti pakaian. Karena anak yang kotor
akan dibuli. Mereka seperti memberi tanda kalau tak ada yang merawat mereka,
sasaran empuk para penjahil. (Di sini Soo Jin sudah bertindak seperti ibu
sekali) Soo Jin menegaskan kalau tak ada orang yang merawatnya maka Hye Na
harus mandiri. Banyak anak-anak seperti ini, katanya (hmmmm masa lalu?). Ia membantu menggunting kuku Hye Na setelahnya.
Nao ingin tahu kenapa Rena
berdiri di dekat kotak pos. Rena seperti tak menjawab pertanyaannya. Ia malah
bercerita, Nao lihat cahaya yang berputar biru dan merah di sana (di luar
jendela)? Jika ia lebih dekat melihatnya, sekali sehari kau akan melihat ada
sebuah cahaya kuning. Dan Jika kau berharap saat melihatnya, permintaan
tersebut akan terwujud. (Ada yang tahu maksud Rena apa?)
Nao menyalakan senternya yang
memancarkan sinar putih dengan bintang biru di tengah lingkarannya.
(benar-benar punya anak kecil) Ia mengucapkan salam perpisahan ketika Nao
berkata akan mengantarnya pulang.
Ada seorang Nenek yang melihat Soo Jin menggunting kuku Hye Na dan
mengatai Soo Jin jahat pada ibunya dan malah mengurusi anak orang lain. Nenek
ini seperti merutuk Soo Jin yang pantas hidup sendiri selamanya tanpa memiliki
anak. Tak ada adegan menawari pulang karena hal ini. Saya nggak tahu si Nenek
ini siapa haha.
Rena menyenteri barang buangannya
yang tadi ia ambil sudah ada di luar lagi. Ia juga menyenteri sepatu sandal hitam
yang ada di sana.
Hye Na pulang dengan langkah ringan, tapi ia membeku saat mendapati
sepatu pria di pintu masuk. Ia melihat pria itu sedang bermain game komputer
dan berjalan sesunyi mungkin. Sayang, ia tak sengaja menjatuhkan sesuatu yang
menimbulkan bunyi menarik perhatian si pria. (Adegan pertama yang
memperlihatkan si pria baru diperlihatkan di sepuluh menit kedua. Saya lebih
ngerti tindakan Hye Na ini daripada Rena yang menyapanya)
Adegan berikutnya sama. Bu Guru
mendapati murid mereka yang satu ini tak ada di kelas. Masuk UKS. Pic menyusul.
Oh ya, poster utama kedua drama
ini berbeda. Di versi ori, posternya seperti gambar kasar. Nao menggandeng Rena
yang membelakangi penonton di sampingnya. Sementara di versi remake, Soo Jin
terlihat memeluk Hye Na tanpa terlihat wajah Hye Na. Heo Yool memang terpilih
audisi, jadi sperti kejutan wajahnya tak ditunjukkan di poster. Atau entah
kalau ada tujuan lain.
“Bukan Mom, atau Mommy, tapi
Mother.” Kesannya dalam... –Lee Hye Young di Presskon, diterjemahkan Showbiz
Korea.
Selanjutnya: Review Jdorama Mother (2010) Episode 1 Part 3
Selanjutnya: Review Jdorama Mother (2010) Episode 1 Part 3
0 Response to "Review Jdorama Mother (2010) - Compared to Kdrama Call Me Mother (2018) Episode 1 Part 2"
Post a Comment