Review Korean Drama Memory Episode 12

Sebelumnya: Review Korean Drama Memory Episode 11

Kayaknya dulu drama ini ratingnya juga rendah. Tapi tetep punya kesan tersendiri. Saya baru tahu Kwon Ki Young (Suspicious Partner) apa ya, yang ternyata asisten penulis ini dulu zaman Resurrection. Dan lihat bagaimana junior belajar dari seniornya. Termasuk soal aspek melodrama yang dituangin ke dramanya haha. 

Di awal episode ini, Seung Ho masih berbohong mengatakan, temannya Hyun Wooklah pelaku tabrak lari Dong Woo. Ia memutar balikkan fakta. Oh...kalau yang nonton episode ini dan ngeliat mereka berdebat pasti ngerasa banget gimana tiap kata demi kata terasa menancap. Sebab di malam sebelum Hyun Wook terbunuh, Hyun Wook mengaku pada Seung Ho. Ia butuh uang jadi ia minta maaf tidak bisa menutupi kesalahan Seung Ho lebih lama. 


Mendengarnya Seung Ho akhirnya bilang ia akan menyerahkan diri. Namun apa yang dikatakan Seung Ho di depan pengacara? Ia juga membujuk Hyun Wook untuk mengaku, ia ingin sekali Hyun Wook mengaku, tapi dia takut pada orang tuanya.

Aiiiiiih, sebenernya Seung Ho yang takut. Kata-katanya berikutnya juga mewakili dia banget. Ia ingin mengaku pada pengacara tapi tidak mudah. Seung Ho-ya...

Ia tampak sangat terpukul karena Seung Ho tampak beralasan, meski hey! Dong Woo...putra kecilnya sangat mungkin diselamatkan kalau pelaku itu tak melarikan diri dan langsung membawanya ke rumah sakit!

Beberapa menit kemudian penonton baru tahu Seung Ho terpaksa berbohong karena ayahnya. Ia tidak ingin menghancurkan keluarganya. Seung Ho menahan getir sambil berjalan. Sementara pengacara yang diberi penjelasan seperti itu tidak langsung menerima. Ia cukup pintar untuk menganalisis keganjilan dari fakta yang ia temukan dan pengakuan Seung Ho. Ia mencurigai ayahnya terlibat dalam hal ini. Sigh.

Memori pengacara kembali ke masa lalu. Ia berlari ke sekolah Dong Woo, putranya yang sudah meninggal. Berniat menjemputnya. 

"Sepertinya anda salah tempat, tuan," seorang guru di sana akhirnya menyadarkannya.

Pengacara beralih menjemput putra pertamanya yang sekarang. Ia memeluk putranya sayang saat mereka bertemu. I really cant with this drama. The feel. So sad TT.TT Apalagi saat istrinya diperlihatkan duduk lega di dekat apartemen mereka. Menyadari suaminya tidak apa-apa. Bagus banget sinemaografinya. Sederhana...tapi dalam. 

Di tempat lain, jaksa Na sadar pula ada yang tidak beres dengan ingatan mantan suaminya itu. Ia mendapat telepon dari kepala sekolah Dong Woo dulu yang menceritakan kedatangan pengacara Park. Jaksa Na berniat menelepon, tapi ia urungkan. Begitulah akhirnya cinta masa lalu dan masa kini pengacara Park saling bertemu. Yang ini so sweet dengan emosi yang berbeda. 

Btw saya sudah bilang belum kalau saya suka banget sama karakter Junho di sini? Supported tanpa diperintah. Udah macam keluarga padahal cuma junior.  Dan dia kagum sama Sekretaris Bong yang perhatian sama atasannya sekaligus pinter. (Tahu pengacara Park sering lupa sama hpnya, ia menyarankan beliau membeli 1 hp lagi. Alasannya 1 untuk urusan kantor dan 1 urusan pribadi. Jadi bisa tetep dikontak meski satunya ketinggalan.) Pasangan kantor kita ini ya, kapan lagi sih bisa ketemu yang begini?

Pengacara Park mengajukan pengunduran dirinya tapi dttolak. "Kau tidak bisa memutuskan takdir semudah itu."

Jadi dulu sebelum masuk firma yang sekarang, pengacara Park tidaklah begitu terkenal. Hanya pengacara biasa-biasa saja. Tapi sejak kasus Dong Woo, tiba-tiba pengacara Park diajak ikut bergabung. Pengacara Park merasa aneh. Dan itulah hantaman untuk direktur Lee. Pengacara Park mencurigainya. 

Lanjut ke scene pengacara Park dan junior. Pengacara Park ingin juniornya menyimpan surat pengunduran dirinya. Ia takut ia lupa nanti. 

"Kenapa anda memberiku candaan garing?"

"Karena aku ahjussi. Apakah aku harus memberimu candaan ahjumma?"

Hahahaha. "Maaf sudah merepotkanmu..."

"Aigoo, tidak apa-apa. Pengacara Park, Fighting!" >.< I love them. 

Siang jadi tak begitu cerah karena tangis wanita-wanita kuat. Ayah pengacara Park tak sengaja memberitahukan tentang penyakit putranya pada sang besan. Walhasil ibu mertua pengacara Park langsung mengunjungi anaknya di rumah. Ia bercerita dan langsung mengonfrontasi putri tercinta untuk menyerah saja. Ia masih 42 tahun dan anak-anaknya masih kecil. Di saat ia harusnya menikmati kehidupan, kenapa bencana ini terjadi. Penyakit alzheimer tidak bisa disembuhkan dan akan memburuk dari waktu ke waktu. Ke depannya putrinya akan semakin kesulitan. Lebih baik persiapkan hal yang terburuk mulai sekarang.

Dulu ibu ini mampu bertahan sendiri tanpa suami karena yakin putrinya akan bahagia. Meski ia harus bekerja seharian hingga kakinya kram ia tak apa asal melihat si kesayangan bisa makan makanan enak. Ia sanggup melewatinya demi sang putri. Kalau tahu begini harusnya ia dulu tak mengizinkannya menikah dengan pengacara Park :(

Istri pengacara Park jengah ibunya terus mendesaknya seolah tak ada harapan. Padahal ia sangat percaya dengan suaminya. Ia jelas sangat berharap. Ia pun akhirnya meminta ibunya pergi.

Untuk kemudian ia susul karena merasa bersalah. This is what a drama should tell you about. "Maaf sudah marah, eomma. Aku mengerti perasaan eomma tapi aku tidak kuat mendengarnya." This is a honesty...

"Tinggallah lebih lama. Kalau ibu pergi aku akan sangat sedih." Dan begitulah Ibu sadar kalau putrinya membutuhkan pelukan. Ibu dan anak saling menguatkan. Ngeshoot scene ini dari angle yang lebih rendah dan jauh bagus juga.

Balik ke kantor. Duh ini udah mewek lagi aja hahahaha. Jadi ceritanya rekan pengacara Park kembali memancing ingatannya. Pengacara Park jelas berusaha mengingat tapi tidak bisa. Untungnya Sekretaris Bong masuk dan menjawab pertanyaan itu skakmat. Rekan pengacara Park hanya memancing, bukan menanyakan realita mereka di masa lalu. Sekretaris Bong beralasan ada telepon masuk. Pengacara Park pun memainkan sandiwara dengan bagus. Pura-pura mengangkat telepon sampai rekan itu menghilang dari pandangan.

Pengacara Park berterimakasih pada sekretaris Bong. Ia tidak tahu akan seburuk apa keadaannya nanti, ia percaya dengan dukungan sekretarisnya tersebut setidaknya ia bisa bertahan sampai saat semua urusannya selesai dan bisa meninggalkan firma hukum tempatnya besar ini.

"Aku tidak menangis. Sungguh." Sekretaris Bong tidak ingin pengacara Park turut sedih. Ia keluar ruangan, mencari tempat menangis sendiri.

Sayangnya nggak semudah itu karena junior pengacara Park jsutru datang memberi sapu tangan dan pelukan...tempat untuk mengangis maksudnya LOL. Sekretaris Bong digodain nih ceritanya. Junior tersebut bilang bakal terus mematuhi aturan sekretaris Bong, tak ada hubungan lebih dari rekan kerja di kantor :)

Jeong Woo pulang diantar ayahnya. "Tenang, Ayah tidak akan tersesat lagi."

"Tidak apa-apa juga kalau kita tersesat. Kita bisa putar balik."

Senyum pengacara Park tersungging manis. Bangga pada putranya. "Putar balik". Sebuah solusi. Tak ada yang perlu dipermasalahkan.

Sesampai di rumah pengacara Park diberitahu putri bungsunya bahwa ibu mertuanya tadi datang dan menangis. Pengacara Park tentu tahu masalahnya. Ia membelai lembut istrinya yang sudah lelap, merapatkan selimutnya pula.

Larut malam hari itu, istrinya terbangun. Menghampiri pengacara Park yang tak kunjung tidur menatap ke luar jendela. Ketika disapa, pengacara Park seolah tak mengenali istrinya. Deg. Merinding waktu liat ini. Kebayang betapa mengerikannya keadaan itu untuk seorang istri?

Istri pengacara Park memang keren. Dia tahu apa yang harus dilakukannya di kondisi ini. "Ayo tidur. Besok kau harus kerja."

Pengacara Park langsung kembali ke kesadarannya. Ia menatap sekeliling heran bagaimana ia bisa keluar. Sudah berapa lama.

"Ini bisa saja terjadi. Belum lama kok," istrinya perlahan memeluknya. Seolah berkata, tidak apa-apa.

Menurut dokter gejalanya memunculkan peningkatan. Pengacara Park akan sering begini apalagi saat malam. Ia bahkan dapat berkeliaran.

Pagi datang kembali mempertemukan istri pengacara Park yang sekarang dan yang lalu. berdasarkan telepon dari Kepala sekolah TK Dong Woo kemarin, ia bertanya mengenai kondisi pengacara Park. Ia tidak salah paham kan? Tenang sekali Young Joo, istri pengacara Park itu menceritakan kondisi suaminya. Mengidap Alzheimer tahap awal dan selalu mengingat Dong Woo ketika gejalanya terjadi, Young Joo jelas bisa mengerti betapa sulitnya keadaan suaminya.

Suaminya saja sampai seperti itu, apalagi jaksa Na. Ia tahu sulit sekali mengonfirmasi ini dengan meneleponnya duluan. Ia sebenarnya juga ingin bercerita, tapi tidak mampu. Pasti terpukul. Btw saya kurang suka sama ekspresi nangisnya jaksa Na :P

Jaksa Na benar saja tak bisa berjalan dengan tegar. Ia sempat sempoyongan. Teringat berulang kali ia merutuk mantan suaminya dulu. "Orang lain boleh lupa tapi kau tidak boleh. Kau harus ingat!!!"

Iya. Pengacara Park akan selalu ingat bahkan merasa dirinya masih di masa itu, jaksa Na. Rutukan yang berubah seperti mantra. Manjadi nyata.

"Kalau kau hidup begini, aku tidak bisa tenang."

"Jangan hidup dengan tenang. Itu permintaanku padamu." Ugh! Kini justru jaksa Na yang menangis sendiri di tengah jalan. Perkataannya begitu menyakitkan.

Akhir episode, penagacara Park benar-benar yakin bahwa ada sesuatu di balik perekrutannya ke firma hukum Taesan. Juniornya membeberkan hasil penyelidikannya kalau Hyun Wook saat itu mengalami patah tulang ekor dan dirawat di rumah sakit. Tidak mungkin ia pelaku yang menabrak Dong Woo.

Sayang, Pengacara Park tak bisa melabrak Direktur. Ia sadar dulu dari Direktur lah ia mendapat pekerjaannya yang sekarang. Ia pun belum punya bukti apa-apa.

Ia kesal pada dirinya sendiri di ruangannya. Ia tutup semua tirai agar tak ada yang melihatnya di titik terendah. Memukul dadanya sendiri. Mengerang tertahan seperti orang sakit...

*Terdistraksi. Saat junior pengacara Park memanggil, pengacara, saya langsung reflek inget sama  Bong Hee manggil Ji Wook di Susupicious Partner. Duh. 

Oh ya, saya sudah pernah bilang belum kalau dari semua anggota 2PM saya paling suka sama aktingnya Junho. Nggak cuma akting sih, suaranya juga bagus. Pertama kali lihat di Cold Eyes langsung suka. Eh, di twenty juga bagus. Karakternya pas banget sama saya. Berikutnya dia jadi lead male lho di dramanya JTBC. Tapi eh tapi nggak tahu nih sama ceritanya...bagus nggak ya.

At the last, saya nggak menjabarkan kasus mendalam yang melibatkan kasus anak chaebol yang ditangani pengacara Park. Kurang suka sama cerita dan pelakunya. Ngegemesin pol. Tapi berasa  kayak cerita sampingan mereka itu. Filler drama.   

0 Response to "Review Korean Drama Memory Episode 12"

Post a Comment

I talked about my thought the most because I dont know the others mind^^ You can share your own here.

thank you very much for your comment. :)
Hope you can come back!!!

*Pssssst I'd like you to join my little survey here, wanna know from what fanbase you come.. so "who's your favorite actor/es from this drama?"