Kumpulan Link Review dan Artikel Korean Drama Where Stars Lands


Not allowed to copy and repost these Little Thing's (ndyra.blogspot.com) Posts to other site. Take out infos and link with credit. You're a good person.


Credit: naver blog and SBS


*originally posted on Nov 29th


Review Where Stars Land / Fox Bride Star

Others

Last Review

Drama 16 episode
Setahu saya, dari awal Where Stars Land / Fox Bride Star sudah dijadwalkan 16 episode. Tidak ada pengurangan episode. Drama ini ditayangkan perdana di tanggal 1 Oktober dan dengan 16 episode maka akan berakhir di tanggal 19 November. Berita mengenai drama penggantinya yang akan tayang tanggal 26 November bahkan sudah diberitakan sejak tanggal 10 Oktober (©soompi). Bagaimana drama yang mau tayang 20 episode menempatkan drama pengganti sebelum dramanya tamat? Make sense ya? Berarti sejak awal memang direncanakan 16 episode saja. Sesuai dengan tema drama bandara yang nggak bisa ambil banyak kasus juga kayak kedokteran. Tidak setiap hari ada masalah besar. Di episode perdana pun sudah banyak yang komplain dramanya agak berlebihan dengan menampilkan penumpang kasar. Padahal itu memang pernah terjadi sebelumnya. 
Untuk masalah penyelesaian masing-masing karakter yang belum tuntas mah, saya udah biasa hehe. Entah penulisnya mau ngembangin ini di imajinasi penonton saja atau memang ada masalah tertentu. Who knows. Saya sih percaya untuk drama yang budgetnya nggak dikit ini, apa mereka mau asal-asalan bikinnya? 

Bandara dan Soo Yeon
Biasanya seseorang seperti Soo Yeon (dengan kemampuan super) akan cenderung dikisahkan sebagai seorang pahlawan yang menyembunyikan keahliannya. Tetapi Soo Yeon justru dibuat sebagai seorang yang berbeda.. dianggap 'monster' dengan kemampuan luar biasanya tersebut. Ia terdiskriminasi. 
Bandara sendiri menjadi simbol tempat dua sisi Soo Yeon terwakilkan: rasa berdebar dan ketakutan berada. Ketika pesawat hendak berangkat, menyuarakan mesinnya, ia tampak seperti pahlawan super dengan kekuatan dahsyatnya (yang mampu terbang di angkasa), tetapi di waktu yang sama setiap kali pesawat mendarat ada ketakutan kedahsyatan itu bisa berdamai dengan realita dengan aman (mendarat tanpa gangguan dengan mesin yang cukup luar biasa untuk dikendalikan). Soo Yeon mungkin tampak gagah dengan alat bantunya ketika menyelamatkan orang lain, namun alat bantu tersebut juga memiliki mata pisau lain yang bisa membahayakan. Inilah duality opinion beberapa orang yang sangat maklum terpikirkan. (rough trans of ©entermedia article on naver)

Arti Bandara
Seperti judulnya, Fox Bride Star, melihat dari atas langit malam bagaimana lampu-lampu bandara mirip dengan konstelasi wajah rubah. Menceritakan bandara bukan hanya sebagai tempat yang nyata tapi juga  bisa menjadi latar cerita dongeng. Rintangan dan alat bantu adalah katakteristik dari tempat istimewa bernama bandara. Pesawat dan bandara dibuat manusia yang tak dapat terbang. Jadi membutuhkan kekuatan yang besar untuk menerbangkannya dan terkadang juga bisa menimbulkan kecelakaan yang besar meski dengan gangguan kecil sekalipun. Alat bantu Soo Yeon pun demikian. Menampilkan kekuatan luar biasa namun bisa membahayakan tak cuma orang lain tapi juga orang yang menggunakannya.
Terasalah perbedaan kontras drama ini dan kisah pahlawan super seperti Iron Man. Dengan alat canggihnya, Iron Man menjadi istimewa untuk mengatasi ketidakmampuan/cacat dan menceritakan bagaimana berbagi (menerima) perbedaan satu sama lain. Sementara Soo Yeon bukanlah seorang dengan kemampuan spesial. Ia hanya seseorang yang menyembunyikan "kekurangannya" tanpa kaki dan tangan yang bisa digerakkan, yang ingin hidup normal. 
Alat yang dibuat itu bukan untuk menambah kemampuan yang sudah dimiliki manusia umumnya, tetapi untuk mengatasi ketidakmampuan/disabilitas seseorang. Berusaha menghilangkan halangan "ketidakmampuan"   bukan dengan kekuatan lebih tapi berusaha menjadi seperti orang-orang pada umumnya. Sebuah kesederhanaan bandara yang ditunjukkan drama Fox Bride Star.  (rough trans of ©pdjournal article on naver)

(Salah satu kekuatan drama) Akting Lee Je Hoon. Kalau bukan Lee Je Hoon, siapa lagi yang bisa?
Lee Soo Yeon pikir sebagian gerak tubuhnya bergantung pada alat bantu. Karakternya seringkali khawatir dan takut. Begitulah bagaimana drama ini mengangkat imajinasi dan realita di bandara. Drama Where Stars Land bukan tentang drama bergenre fiksi sains, namun genre fantasi yang menjadikan realita itu bak negeri dongeng dengan teknologi ini.
Karenanya, karakter Lee Soo Yeon haruslah terlihat masuk akal. Dengan hanya sedikit perhatian saja, ia harus bisa mengikat penonton. Cukup sulit bukan? beruntungnya, Lee Je Hoon memainkannya dengan sangat baik. Tidak mudah untuk mewujudkan karakter tak nyata dengan segala kompleksitas emosinya melalui akting, tapi Lee Je Hoon menunjukkannya dan bisa menyampaikannya ke penonton meski dengan latar dan cerita yang agak berlebihan (tak terbayangkan). Jika bukan karena akting Lee Je Hoon yang bahkan dengan perubahan padangan mata saja bisa dirasakan perubahan perasaannya, drama ini mungkin tidak semenarik itu bagi penonton. Lagi-lagi, Lee Je Hoon membuktikan kemampuannya. (rough trans of ©entermedia article on naver) Romance dan bromancenya pun dapat menggetarkan hati penonton. (rough trans of one Newsen article)

Drama yang Hampir Tidak Mungkin tanpa Lee Je Hoon
Mulanya ditampilkan seperti drama pahlawan super namun seiring waktu berjalan menceritakan kesulitan hidup yang dialami disabilitas, seorang pegawai bandara yang setiap hari selalu mengalami kejadian. Tak mudah mencerna cerita ini. Karena itu peran aktor Lee Je Hoon bisa kentara sekali. Ada cerita yang memang didramatisasi, seperti bagaimana sebenarnya sang kakak awalnya jahat namun ternyata berniat melindungi Lee Soo Yeon. Aktor Lee Je Hoon memberikan kestabilan akting di tengah drama dengan latar yang tak terbayangkan. Pendalaman aktingnya menutupi lubang-lubang yang mengurangi kualitas drama. Ia mampu menampilkan amarah yang tepat bahkan di adegan yang tidak realistis dan juga air mata (yang membuat penonton ikut merasa trenyuh). Itulah Lee Je Hoon yang melangkahkan kaki di tangga kepopuleran sejak Architecture 101, kemudian semakin naik di Signal dan Park Yeol, hingga meninggalkan jejak keberhasilan performa terbaik di Where Stars Land. (rough trans of one Newsen article)

Kelemahan drama hingga tak mencapai rating 10%
Kejadian-kejadian di bandara itu nyata tapi tidak dengan cerita protagonisnya. Setiap waktu mereka berada dalam masalah dan masalahnya terkadang terasa berlebihan seolah mereka mengalami semua "kecelakaan" yang (bisa) terjadi di bandara. Lah memang tujuannya itu, cuma ke penonton nggak nyampe kali ya. Soalnya yang dilihat ya yang damai-damai aja. 
Lee Soo Yeon, terluka dalam proses penyelesaian masalahnya.. Dipukuli, bahkan diserang.. Perkembangan dramatis ini tak bisa dihindari. Akibatnya setiap masalah terjadi, penyelesaian masalah tampak berulang (dan sama) sehingga rating tidak mampu lebih dari 10% melainkan malah berkutat di angka 6-9%.
Meski demikian tidak dipungkiri, akting mereka on point. Lee Je Hoon dapat mendalami perasaan Lee Soo Yeon, seorang disabilitas yang mengenakan alat bantu untuk menggerakkan tangan dan kakinya. Chae Soo Bin yang mulanya dikritisi karena karakternya yang tidak dewasa juga bisa dilihat perkembangannya. Karakter sampingan seperti Yang Seo Goon, Choi Moo Ja, Oh Dae Gi, dan Na Young Joo pun diterima sangat baik. (rough trans of one  ©yonhapnews article) Mmm komentar artikel ini kayak nggak ngedukung si penulis artikel haha. 

Sebenarnya..
Tak ada satu kondisipun yang melarang seseorang untuk bisa bekerja di bandara bahkan jika itu tingkat 1 disabilitas dengan alat bantu sekalipun. Semua negara dan kota, juga institusi publik diperbolehkan merekrut disabilitas. Hanya saja ada beberapa pengecualian, seperti untuk pejabat publik, pelayan publik, penyelidik, polisi, pemadam kebakaran, petugas keamanan dan tentara di pemerintahan nasional serta lokal. Melihat ini, tak ada pengecualian untuk Lee Soo Yeon yang bekerja sebagai tim layanan penumpan di bandara Incheon. Namun memang ada isu yang dibawa di drama ini, yakni masalah keamanan alat bantu Soo Yeon. In Woo yang melarangnya bekerja di sana, hanya ingin melindungi Soo Yeon ceritanya.
Dulu ada kisah ''Pria 6 juta dollar." Kolonel Steve Austin, pilot luar angkasa Amerika Serikat terluka dan kehilangan mata kirinya, juga lengan kanan dan dua kaki selama pelatihan. Enam juta dollar dulu, seperti 7.2 milyar dollar sekarang, mengubahnya menjadi seperti manusia cyborg. Matanya bisa memperbesar sebanyak 20x, masih bisa melihat di sensor panas dan gelap. Tangannya memiliki kekuatan setingkat bulldozer dan sensor di setiap sentuhan jarinya pula. Kakinya bisa berlari 100km/jam dan memiliki lompatan yang kuat.
Kemampuan cyborg Steve ini untuk melawan berbagai ketidakadilan dan kejahatan. Setiap Steve menampilkan kekuatannya, ia akan mengeluarkan suara dan anak-anak di zaman itu akan menirunya. Waktu itu Steve yang seorang cyborg tidak memiliki masalah seperti Lee Soo Yeon. Pria 6 juta dollar diproduksi tahun 1973 dan ada simposium tentang Eksperimen Biologi tahun 2006 dengan peserta sekitar 12000 orang di San Fransisko, Amerika Serikat yang menghadirinya. Di simposium ini banyak ilmuwan yang mengenalkan kaki, lengan, mata, dan telinga yang dapat digerakkan dengan alat elektronik. Pria 6 juta dollar juga ditempeli alat pada tungkai dan lengannya yang untuk itu harus bisa bergerak bebas sesuai perintah otak. Sehingga untuk mencapainya sistem saraf perlu dipelajari dengan menyeluruh. Sayangnya penelitian pada bidang ini belum sejauh itu. Lagipula kalau rahasia sistem saraf terungkap dan alat ini bisa dibuat, rasanya butuh lebih dari 6 juta dollar untuk menggabungkan alat ini dengan tubuh manusia. Entah sampai kapan akan terwujud. Lucunya drama Where Stars Land malah mengangkat topik ini.
Bila di tahun 1973 saja butuh 6 juta dollar untuk membuatnya, berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk membuat alat bantu Soo Yeon? Dan darimana ia mendapatkan dananya? Asurasnsi kesehatan mendukung pembiayaan sebesar 90% dari keseluruhan bagi penyandang disabilitas. Namun mereka memiliki standar, yakni sebesar 1.470.000 won untuk dikeluarkan dan 2.270.000 won untuk prostesis (alat bantu) pinggang termahal. Jadi bagaimanapun, asuransi hanya mampu membiayai sejumlah tertentu, sedangkan sisanya dibiayai sendiri oleh si pengguna.
Reaksi terhadap alat yang dikenakan Soo Yeon: mereka menginginkan alat bantu yang sama jika bisa. Tidak buruk bila banyak orang disabilitas jadi memiliki harapan dan mimpi terhadap hal ini meski tidak ada salahnya mempekerjakan penyandang disabilitas. Mungkin suatu saat nanti Lee Soo Yeon atau cyborg Steve benar-benar ada, namun tak tahu kapan...
Kekurangan drama Where Stars Land yang lain adalah bagaimana han yeo reum sebagai pegawai yang telah satu tahun bekerja di bidang transportasi masih begitu-begitu saja sikapnya (sebelum berkembang) (rough trans of one Ablenews article from reporter and Director of Disability Counseling) Nggak cuma expert ini yang ngomongin drama. Kemarin ada ahli hukum juga ngomongin bagaimana kalau penumpang melanggar aturan seperti di salah satu episode drama. Bikin bangga rasanya. 

Wearable Support
Lee Soo Yeon memiliki kemampuan untuk bisa melakukan banyak hal yang dilakukan orang pada umumnya. Kecuali dramatisasi di episode 1 di mana ia menahan mobil yang melayang dengan hanya satu tangan, itu merupakan kemampuan yang dibutuhkan di masyarakat.
Kebutuhan alat prostetik untuk melengkapi satu fungsi bagian tubuh yang hilang meningkat. Ibu jari kaki buatan ditemukan di situs mummi Mesir kuno pada abad ke-8 dan 11. Di abad ke 5, sejarawan Yunanni Herodotus juga menulis tentang dirinya yang membuat kaki kayu untuk tentara. manusia telah memulai teknologi untuk membuat protetis, alat gerak sederhana buatan. Sekitar tahun 1540 seorang tentara Perancis membuat tangan mekanik dan pengunci sendi lutut. Lalu di tahun 2008, Inggris juga membuat alat yang komersial. Setiap jari bahkan dilengkapi sensor presisi dan motorik. Ada pula medis yang memaksimalkan kemampuan fisik, seperti kaki polikarbon yang digunakan salah satu atlit olimpiade.
Letak masalahnya adalah di pembiayaan. Bisa lebih dari 100 juta won jika diimpor dari luar. Karenanya Korea sekarang sedang mengembangkan penelitian alat ini agar dapat dibuat secara lokal. Salah satu ilmuwan bahkan sudah mengembangkan satu bagian tungkai (pergelangan kaki) prostetik. Teknologi ini memungkinkan pergerakan natural kaki dan pergelangan tangan dan menjadi kabar baik bagi penyandang disabilitas parah yang ingin hidup seperti Lee Soo Yeon. Memiliki keterbatasan dan tak ingin terluka oleh pandangan orang lain terhadap mereka. (rough trans of jeonjasinmun, etnews)

Kata para ahli
Alat yang menempel di tubuh seorang yang  kurang kekuatannya, menjadikannya seperti robot dan membantu mengurangi efek yang parah, mengatasi kesulitan, atau bahkan melampaui kekuatan fisik manusia umumnya. Kini sudah dikembangkan dalam berbagai bidang seperti industri, kesehatan, military, dan kedokteran.

Professor departemen teknik mesin(?) Universitas Sogang yang merupakan penasihat ahli drama ini mengatakan kalau alat seperti ini sudah dikembangkan dan bervariasi, mulai dari alat yang mendukung satu kaki, sampai alat yang mendukung seorang pegolf bisa memukul dengan baik, serta alat yang dapat menciptakan virtual reality (memungkinkan pengguna merasa berada di dunia maya, berinteraksi dengan simulasi, seakan seperti di dunia nyata).

Alat ini juga sudah dibuat untuk para penyandang disabilitas yang tidak bisa menggunakan tangan dan kakinya meski tidak secanggih milik Soo Yeon. Perusahaan robot(?) Israel misalnya membuat alat untuk mereka yang tidak bisa berjalan disebabkan kelainan tulang belakang dan sudah disetujui FDA, badan pengawas obat dan makanan yang juga mengatur peranti media. Pada kompetisi maraton London, seorang yang lumpuh setengah badan bawah, menggunakan alat ini dan berhasil menyelesaikan 17 hari maraton.
Di Korea, juga ada tim yang mengembangkan alat seperti ini untuk para disabilitas. Seorang yang mengenakan alat ini di dalam baju olahraganya, pada sebuah ajang olimpiade cyborg games tahun 2016 berada di urutan ketiga dalam melalui rintangan, menaiki tangga, dan melewati batu pijak.
Wearable support bisa membantu pasien yang tidak bisa tertangani dan direhabilitasi. Wearable support untuk anak-anak bahkan sudah dikomersialkan sekarang. Seorang profesor Korea yang merupakan salah satu perwakilan perkembangan alat ini mengatakan tengah mempersiapkan pelatihan untuk menghubungkan rumah sakit dan pusat rehabilitasi.
Alat ini tidak hanya membantu mereka yang memiliki keterbatasan fisik, namun juga para lansia yang mengalami penurunan kekuatan dan mobilitas. Salah satu perwakilan robot di Jepang mengatakan pula bahwa untuk menggerakkan alat ini diperlukan sensor otot yang dapat menggerakkan motorik sesuai kehendak seperti berdiri dan berjalan.dilihat.
Lengan Lee Soo Yeon bukannya sekuat milik Iron Man, tetapi memang ada banyak wearable support/lengan robot yang dapat memaksimalkan kekuatan untuk penggunaan militer dan pekerjaan. Bisa jadi mereka yang mengenakannya akan tak merasa kelelahan meski sudah mengangkat banyak peralatan berat. Di Amerika sudah pernah ada seorang tentara yang mengenakan alat seperti Hulk, mampu mengangkat barang seberat 90kg. Bahan titanium yang diperkuat baterai lithium meminimalkan berat dan membantunya mengangkat barang tersebut. Plus alat ini fleksibel pula sehingga masih bisa digunakan untuk melompat. Sayangnya ukurannya masih cukup besar.
Alat ini dipercaya juga mampu mengurangi cedera pekerja yang mengangkat barang berat dalam waktu lama.

Seorang ahli mengatakan selama tidak ada magnet dalam alat ini, malfungsi seperti yang dialami Soo Yeon kecil kemungkinan terjadi. Tetapi (kerusakan) teknologi/alat pemberi simulasi elektrik ke saraf yang  bertugas menghubungkan otak dan sinyal dari tangan dan kaki yang rusak tersebut yang masih mungkin terjadi. Seperti yang digunakan Soo Yeon, wearable support yang masih menghubungkan saraf tersisa untuk menggerakkan kaki dan tangannya yang tak lagi bisa berfungsi. Penelitis Swiss sudah pernah mencoba mentransplantasikan alat tak berkabel ini pada tubuh hewan.

Lee Soo Yeon seperti kurang merasakan seberapa besar kekuatan yang ia gunakan dengan alat tersebut. Meski penting seharusnya supaya bisa mengontrol lengannya. Ketika menggenggam gelas misalnya, tidak terlalu keras sehingga merusaknya. Di masa lalu, alat ini menghasilkan getaran pada tangan sehingga pengguna bisa mengukur tekanan yang ia berikan ke sebuah gelas contohnya. Bergantung pada kekuatan yang ingin digunakan, alat ini akan mengirim getaran dan mengirimkannya ke pengguna. Pengguna bisa mengukur getaran yang seberapa yang cukup untuk memegang sebuah gelas.

Tahun lalu penelitian bahkan sudah sampai mengenali sentuhan, dengan menanamkan sensor di otak dan menghubungkannya dengan lengan robot mereka. Ketika mereka menyentuh sesuatu, otak sudah bisa mengenalinya. Masih tahap awal sekali namun hasilnya cukup memuaskan. (rough trans of one of dongascience)

Kang Eun Kyung
Sudah mengajar selama 7 tahun di salah satu universitas penyiaran (ia lulusan jurusan penyiaran universitas California) di tengah kesibukannya menulis drama. Selain itu jurusan ini (?) juga membuka kesempatan para lulusan dan mahasiswa untuk bekerja sebagai asisten penulis (rough trans of one digitaltimes article).
Ada seorang anak muda yang mulai masuk dunia penyiaran dan diantisipasi karyanya yang naik kemarin dan menyebutkan drama Where Stars Land, Lee Je Hoon,  penulis Kang Eun Kyung, dan sutradara Shin Woo Cheol.. Tapi saya nggak tahu pasti kontennya hehe. Mengagumikah? (interview Student Park jin won ©dailysecu..)


DONT CROP THE CREDIT!

Wait wait, ini post drama interview pertama rowoon?

Newsen, "Nilai aktingku: 30" Karena ia tidak puas dengan aktingnya. Ia merasa agak terbebani saat syuting tapi bersyukur hasilnya bagus (melihat banyak reporter mewawancarainya). Ia mengungkapkan banyak melakukan NG selama syuting.  Untuk karakter dengan cinta tak berbalas, karena ia tidak tahu perasaan itu (belum mengalami, masih muda dan baru pacaran sekali -wowkeren), ia pikir jika ia tahu lebih sedikit saja tentang cinta dan pacaran, mungkin ia bisa merasa lebih 'serius' dalam bersikap ke Yeo Reum. Termasuk bagaimana ia memandang stay memperhatikan Yeo Reum dari belakang. Rowoon beranggapan ia masih bisa memperdalam pandangan matanya. Sayang sekali ia kurang dalam hal itu (soompi).  Aigo, nggak gitu pun udah banyak yang sedih liat kamu, Nak :P

Soompi: Rowoon biasanya nonton dramanya saat sudah tamat.
Adegan yang paling berkesan adalah saat ia berusaha menyelamatkan penumpang gawat di episode 14. Ia berusaha menemukan arti dari dialog-dialognya karena beberapa di antaranya bukanlah yang sering ia gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ia belajar dari Yoo In Na yang pernah berakting bersamanya, yang sampai menyempatkan waktu menemuinya Di sebuah kafe untuk mengajarinya. Dari sanalah ia bisa menyelesaikan syuting tersebut dengan baik.
Rowoon bilang, ia jadi menyukai Lee Je Hoon selama menjalani syuting drama ini. Tak terasa seperti selebrita, ia merupakan seorang yang baik. Rowoon masih menyimpan ubi yang Lee Je Hoon berikan di ruang tunggu.
Mengenai syuting di bandara, "Ketika saya memiliki jadwal grup (ke luar negeri) saya sering ke bandara. Tapi memikirkannya dari sudut pandang pegawai bandara, jadi berbeda (rasanya)." Rowoon pun sampai mengunjungi tempat-tempat yang orang-orang biasa saja tak bisa ke sana. Dan ia menyadari banyak orang yang bekerja keras demi menjaga keamanan bandara..

Drama ini istimewa baginya. Seperti landasan yang bagus untuk karir aktingnya. Setiap momen tidak mudah, namun ia melakukan yang tebaik sebisanya, baik  adegan kecil atau besar. Kesulitannya adalah memahami hal-hal yang keras. Hal ini mungkin dikarenakan ia butuh alasan yang jelas untuk sikap-sikap dan perkataannya. Beruntung ia bisa melaluinya berkat bantuan banyak pihak. (rough trans of one TV Chosun article) 

Sports Korea, "Belajar dari bandara langsung". Karyawan di sana ringan tangan membantunya.. Ia tidak bisa dengan jelas menceritakan apa yang sudah ia pelajari sekarang, tapi mungkin apa yang sudah ia pelajari akan muncul dengan sendirinya nanti saat ia memainkan project lain. Drama Where Stars Land bakal jadi drama yang membekas. Kerja sama yang baik dari semua pihak, sutradara, penulis, aktor dan staf membuat drama ini bisa tampil dengan bagusnya. (Ia juga pernah berterimakasih ke penulis yang sudah percaya padanya memerankan karakter ini. Saya lupa sumbernya dan ini diterjemahkan salah satu akun penggemar. Hmmm, apa dia dicast penulis langsung ya? katanya dia ikut audisi untuk peran ini dan lolos. Padahal mulanya dikira ga lolos karena 2 kali dipanggil kayaknya -rough trans of one of theceluv article)

Topnews: Rowoon mengubah nada bicaranya menjadi lebih dewasa sesuai karakternya yang berusia 29 tahun

Btw saya nggak tahu kenapa cuma rowoon interview aja adanya haha dan banyak lho ini. Padahal jadwalnya juga udah padat.

Selanjutnya: Upcoming Korean Drama 2019 Beautiful World: Another School Drama after SKY Castle?

0 Response to "Kumpulan Link Review dan Artikel Korean Drama Where Stars Lands"

Post a Comment

I talked about my thought the most because I dont know the others mind^^ You can share your own here.

thank you very much for your comment. :)
Hope you can come back!!!

*Pssssst I'd like you to join my little survey here, wanna know from what fanbase you come.. so "who's your favorite actor/es from this drama?"